Manokwari (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Provinsi Papua Barat mengalami deflasi tahunan (year on year/yoy) pada Mei 2025 sebesar 1,15 persen dengan indeks harga konsumen 106,60.
Deflasi tahunan dipengaruhi oleh penurunan indeks harga dari kelompok makanan minuman dan tembakau dengan andil 1,97 persen, serta kelompok transportasi dengan andil 0,39 persen.
"Komoditas utama penyumbang deflasi yaitu, tomat, ikan cakalang, tarif angkutan udara, beras dan bensin," kata Kepala BPS Papua Barat Merry dalam keterangan resmi di Manokwari, Senin.
Dia mengatakan deflasi tahunan selama periode Mei 2025 berbanding terbalik dengan April 2025 dan Mei 2024 yang masing-masing mengalami inflasi sebesar 0,15 persen dan 4,56 persen.
Deflasi mencerminkan daya beli masyarakat menurun, pasokan komoditas pangan dan perikanan melimpah, perbaikan sistem distribusi dan logistik, serta penurunan mobilitas dan perjalanan.
"Deflasi tahunan Mei 2025 berbanding terbalik dengan April 2025 maupun Mei 2024," ujarnya.
Secara bulanan, kata dia, Papua Barat juga mengalami deflasi 0,33 persen (month to month/mtm) karena dipengaruhi penurunan indeks harga kelompok makanan minuman dan tembakau.
Kelompok dimaksud memberikan andil deflasi 0,50 persen dengan lima komoditas yang menjadi penyumbang utama, yaitu ikan cakalang, ikan tuna, bawang merah, tomat dan bawang putih.
"Kalau secara bulanan, kelompok transportasi justru terjadi inflasi sebesar 0,47 persen (mtm)," kata Merry.
BPS sebut Papua Barat mengalami deflasi 1,51 persen pada Mei 2025
Senin, 2 Juni 2025 16:21 WIB

Kepala BPS Provinsi Papua Barat Merry saat ditemui awak media di Manokwari. ANTARA/Fransiskus Salu Weking